Si Malas dan Si Perfeksionis

Assalamua'aikum, salam sejahtera untuk semuanya :)



Tulisan ini sebenernya hanya ungkapan perasaan aja sih,
ah padahal mah sebenernya CURHAT! hahaha


Sekarang ini saya lagi dihadapkan sama hal yang paling ditunggu sekaligus dihindari sama mahasiswa.
Yeah.. bener banget, sekarang lagi musim SKRIPSI aaan...
Huuuaaaaahhh bentar lagi luluuus bentar lagi ke dunia yang sebenarnyaaa!!! Masa depan I'm coming!

Namanya mahasiswa skripsi, pasti butuh yang namanya pembimbing.
Apalagi untuk ukuran mahasiswa kayak saya yang notabene susah nyerna hal-hal berbau Statistika.
Maklum, nyemplung. hehe

Saya dapat 2 pembimbing, 1 laki-laki dan 1 perempuan.
Yang laki-laki orangnya lucu, enak diajak bicara tapi pasti tetep aja kayak ada pembatas yang bikin ngobrolnya gak seakrab temen-temen sepembimbing :( Maklum, saya gak bisa nyupirin doi :p
Yang perempuan, ......
Yang perempuan, ......
Yang perempuan, ......
GAK BISA BERKATA-KATA! Hahaha..
Gimana ya menjelaskannya, Ibu ini orangnya perfeksionis sekali loh! Pasti ada kan di sekitar kamu-kamu, orang yang selaaaalu mau segala urusan berhasil dengan tanpa cacat dan selesai secepat mungkin?
Semua orang begitu kok, cuma pertimbangannya cuma "urusan-itu-kita-banget-atau-enggak".

Bimbingan pertama,
Semua anak bimbingannya diminta berkumpul semua. Menjelaskan bahwa beliau ini jadwal di kampus kapan saja, inginnya bimbingan yang seperti apa dan segala aturan yang ditetapkan jurusan dan dtetapkan BELIAU.

Bimbingan kedua (keesokan harinya), bimbingan bareng sama Anggia.
Hari sebelumnya kami diminta membawa Proposal Tugas Akhir, maka kami cetak ulang menjadi 2 rangkap.
Jadi setiap bimbingan beliau pegang satu, mahasiswa pegang satu.
Karena beliau ingin kalau beliau mengoreksi, kami tidak hanya diam mendengarkan namun juga sambil mencatat.
Setelah beliau membaca latar belakang, "Ini kok masih draf proposal ya. Kita ini sudah menuju skripsi lho..masa masih ngurusin proposal. Ganti fotmatnya jadi draf seminar, Senin ketemu saya lagi."
Saya tatapan sama Anggia, sama-sama mengerutkan dahi yang berarti "kemaren bukannya ibu minta kita bawa DPTA (Draf Proposal Tugas Akhir)????"
lalu sama-saa mengangkat bahu yang berarti "Tapi yasudahlah, mau dikata apalagi?"
Soalnya beliau ini kriteria orang yang kalau mahasiswa membantah (membela diri lebih tepatnya, atau mengingatkan kembali) beliau akan lebih marah (bukan marah, kalau bahasa anak muda nya mah "bawel" atau "cerewet" gitu, tapi gak marah) lagi.

Hari Senin, bimbingan ke tiga.
Draft seminar sudah ditangan. Ketemu lagi sama Anggia di kampus.
   Saya : "Gi, kemaren diminta si Ibu ngirim email?"
   Gia : "Iya, jadi kan ibunya ngerti banget tentang VAR, jadi kayaknya mau dipelajari dulu"
Setelah menunggu Ibu yang sibuk, saya sama Anggia mengingatkan beliau bahwa sekarang sudah jam 10 yang berarti waktunya bimbingan.
   Ibu : "Kamu sudah revisi yang kemarin belum?" melihat ke arah Anggia
   Anggia bengong, "Oh ibu membalas ya, saya belum cek email lagi bu"
   Ibu (dengan muka kecewa ala beliau): "makanya cek email setiap hari, masa saya mesti sms kamu dulu? Saya sudah merevisi draf kamu, deadline hari ini jam 11"
Anggia lihat jam, jam 10. Waaaw dia langsung ngacir cari (pinjeman) laptop dan internet yang ternyata wi-fi jurusan lagi mati!
Saya pun bimbingan sendiri.
Coret sana, coret sini, komentar, bertanya (ngetes pengetahuan).
   Ibu: "Nih kamu perdalam dan perbaiki lagi. Besok ketemu saya lagi."
   Saya : "Besok ibu kosong jam berapa,bu?"
   Ibu: "Kalau saya bilang besok ketemu, berarti saya ada di kampus :)"
   Saya: "Baiklah"

saya keluar ruangan, meminta hati kembali ke Desy karena sebelum bimbingan hati nya dititipin dulu ke dia.
(maksudnya biar gak dimakan, jadi gak makan ati :p)

Revisi lagi, pemborosan kertas lagi ditambah harus rangkap 2 setiap revisinya.
Sedih sih, tapi apa daya namanya juga mahasiswa tugas akhir. Tapi gak jadinya boros-boros kertas juga kan ya :(

Biarpun terkadang "makan hati" karena beliau selalu mengoreksi orang lain tapi beliau tidak bisa dikoreksi oleh orang lain, tapi menjadi mahasiswa bimbingan beliau itu suatu hal yang luar biasa yang bikin saya gak berhenti bersyukur setiap kali mengingat beliau, entah dari penampilan atau cara mengoreksi.

Alhamdulillah..
Allah mendengar hati saya yang bilang kalau saya butuh motivator untuk meningkatkan semangat menulis skripsi untuk mencapai target saya:






khusus untuk yang ini dibatalkan karena masih ada perkuliahan :)

Allah juga sekaligus memberi ujian kepada saya. Tapi ujian ini menandakan kecintaan Allah terhadap umatnya yang agak malas kalau udah menyangkut kestatistikaan. Hehe

Lagipula ujiannya tidak begitu sulit kan, hatinya bisa dititipin dulu sebelum bimbingan hehehe...
Saya yang belum paham mengenai materi 'baru' ini jadi mencari-cari bahan untuk perbaikan draf skripsi.
Gak kebayang kalau pembimbing saya seseorang yang santai, motivasi nya saya yang bikin sendiri kan berarti?
Dari sifat beliau yang bisa dikatakan cerewet dan agak 'menekan', saya jadi rajin mencari bahan untuk tugas akhir. Padahal masih banyak teman-teman saya yang belum tahu mau diapakan skripsinya.
Alhamdulillah..

Oh iya
Dihari pembagian pembimbing, temen saya ada yang kasih selamat,
   "Lin, selamat ya! Co-pembimbing lo Bu X"
   Saya cuma bisa bilang : "Oh yah? Alhamdulillah.. pasti banyak hikmahnya kalau dibimbing sama si Ibu"
   Trus kata teman saya gini: " Iya lin. Asal lo jangan kayak dia aja"
hihihi sayangnya banyak teman-teman yang lebih banyak merekam sifat jelek beliau, daripada sifat baiknya. Tapi kita jangan :)

Pasti ada hikmah dibalik setiap keputusan yang Allah tuliskan untuk kita :)

You May Also Like

0 komendisini :)

Instagram

Instagram

POLYVORE